PURWAKARTA, eramediapos.com,- Di Negeri Subur Makmur yang dikenal sebagai Tanah Pasundan, tepatnya di Kabupaten Purwakarta, terdengar lirih suara doa penuh harap dari seorang ibu. Diiringi isak tangis yang menyayat hati, ia bermunajat demi kesembuhan anaknya. Sementara sang anak, Habibi, meraung kesakitan. Suaranya yang menggelegar seolah hendak menembus langit, memohon kepada Sang Maha Kuasa agar penderitaannya segera berakhir. Di usianya yang masih belia, ketika seharusnya ia riang bermain bersama teman-teman sebayanya, justru ia harus menanggung beban stigma—dicap sebagai "monster kecil" yang perlu dihindari, bahkan ditakuti.
Habibi, kini berusia enam tahun, pertama kali didiagnosis mengidap Hidrosefalus saat usianya baru menginjak delapan bulan. Sejak itu, pasangan Mustakim (61) dan Idoh (43), warga Kampung Parapatan RT 18 RW 09, Desa Sela Awi, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, tak henti-hentinya berikhtiar demi kesembuhan sang buah hati. Berbagai upaya medis dilakukan, hingga mereka harus menjual aset keluarga, termasuk kendaraan roda empat, demi biaya pengobatan.
Saat Habibi berusia tiga tahun, RS Hasan Sadikin Bandung melakukan tindakan medis berupa pemasangan Ventriculoperitoneal Shunt (VP Shunt), yakni penanaman selang dari kepala ke perut untuk mengalirkan cairan berlebih dari otaknya. Namun pasca tindakan tersebut, kondisi Habibi berubah drastis. Ia menjadi agresif dan sering melukai orang-orang di sekitarnya. Tak sedikit perabot rumah hancur akibat amukannya. Demi keselamatan bersama, kedua orang tua Habibi terpaksa mengikat kakinya dalam situasi tertentu. Kondisi ini berlangsung bertahun-tahun, hingga kini.
Keluarga Habibi kini telah kehilangan semua daya dan upaya untuk melanjutkan pengobatan. Mereka masuk dalam "era kemiskinan baru", terlebih ketika sang ayah mengalami stroke akibat tekanan pikiran yang terus menerus. Kini, sang ibu harus merawat dua orang sekaligus: anak dan suaminya.
Mendengar kabar tersebut, Bela Purwakarta—sebuah wadah silaturahmi lintas elemen masyarakat yang konsisten dalam isu kemanusiaan—bergerak cepat menanggapi aduan dari tetangga Habibi. Mereka melakukan kunjungan langsung ke kediaman keluarga tersebut.
Founder Bela Purwakarta, Aa Komara, hadir bersama sejumlah aktivis, di antaranya Uu Wijaya dari PCNU Kabupaten Purwakarta, Nono Maryono dari Forum Bela Negara RI, Chintia Aristi Aprianti (Cea) dari komunitas seni mural dan painting class, Bro Heri dari SATGAS PGRI, Sahril Shidiq selaku Humas Bela Purwakarta, Rudi Simangprang dari Komunitas MRP Korwil Kecamatan Tegalwaru, serta perwakilan dari Ormas Gibas dan Grib Jaya Kabupaten Purwakarta.
Setelah menyerap informasi langsung dari orang tua Habibi, Aa Komara menyampaikan bahwa kemungkinan besar perilaku tak wajar Habibi berkaitan dengan implan selang yang mengganggu sistem sarafnya.
"Apapun alasannya, solusi terbaik bagi Habibi adalah melanjutkan pengobatan. Kami berharap ada langkah luar biasa dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta, dan semoga Kang Dedi Mulyadi selaku tokoh Jawa Barat juga memberikan atensi terhadap kasus ini,” ujar Aa Komara.
“Semoga segala urusan dipermudah, dan para pemimpin kita senantiasa diberi kekuatan lahir dan batin untuk menyelesaikan beragam dinamika persoalan rakyat, termasuk mencari solusi terbaik bagi Habibi. Kami ucapkan terima kasih, semoga segera ada tindak lanjut nyata," pungkasnya. Rabu, (9/04).
Di akhir kunjungan, Bela Purwakarta menyerahkan bingkisan Lebaran sebagai bentuk kepedulian dan cinta kasih terhadap keluarga kecil yang tengah diuji ini.
Reporter : Die
Tags
Kabupaten Purwakarta